Flash

Kamis, 03 Mei 2012

Siswa SDN 1 Meninting Belajar di Lantai


Giri Menang. SUMBAWA POST
Berada di pintu gerbang pariwisata Senggigi, ternyata tak serta merta membawa berkah bagi siswa SDN 1 Meninting, Lombok Barat (Lobar). Justru, kondisinya sebaliknya,  sangat memprihatinkan. Sekolah ini tidak memiliki bangku, siswa SD ini terpaksa belajar melantai dengan alas seadanya di teras mushala yang disulap menjadi ruang belajar siswa.
Pantauan Suara NTB, para siswa tetap belajar, meski di tempat yang kurang layak disebut ruang belajar. Karena banyak keterbatasan, tak hanya teras mushala, mushala, rumah dinas kepala sekolah, rumah dinas penjaga sekolah pun disulap menjadi ruang belajar. Kondisinya, tetu saja seadanya. Karena ruangan yang disulap menjadi ruang belajar tersebut tak seluas ruang belajar pada umumnya.
Sebagian siswa cukup beruntung karena memiliki kelas ‘normal’ dengan meja dan kursi lengkap. Namun dari 435 siswa yang terbagi ke dalam 15 rombongan belajar (rombel) ini, masih ada lima rombel yang belajar di lantai. Mereka belajar dengan alas karpet lusuh tanpa kursi dan bangku. Ada pula yang belajar di bekas rumah dinas penjaga sekolah dengan meja-meja kecil yang tak layak.
Sementara sang siswa, sebagian tak terganggu dan merasa nyaman dengan kondisi ini. Namun sebagian lainnya tetap mendambakan meja belajar dan ruangan belajar yang layak. ‘’Ingin punya meja seperti di kelas lain, kalau belajar di sini suka terganggu karena banyak yang lewat,’’ aku Willy salah satu siswa kelas 3.
Kepala SDN 1 Meninting H. M. Subardan, M.SE ditemui Suara NTB Kamis (3/5) kemarin mengatakan, kondisi belajar mengajar seperti ini sudah berjalan sejak beberapa tahun terakhir. Wali murid pun seringkali prihatin dan mengeluhkan kondisi belajar anak-anaknya. Menurut Subardan, saat ini sekolah memiliki enam ruang kelas dengan 15 rombel. Lima rombel diantaranya terpaksa belajar melantai karena jumlah siswa yang melebihi kapasitas sekolah.
Menurutnya, di sekitar SDN 1 Meninting sendiri masih ada sekolah-sekolah dasar lain seperti SDN Meninting 2 dan sekolah dasar lain yang berada di sekitar Senggigi. Namun kebanyakan orang tua murid lebih memilih menyekolahkan anaknya ke SDN 1 Meninting, karena mutunya memang bagus, meski sarana belajarnya terbatas.
Meski telah melebihi daya tampung yang ada di sekolah, namun pihak sekolah mengaku tidak bisa menolak siswa yang ingin menimba ilmu di sekolah ini. Siswa yang bersekolah di SDN 1 Meninting ini selain berasal dari penduduk di sekitar sekolah, ada juga yang berasal dari kawasan Senggigi dan Sandik. ‘’Padahal di sana juga ada sekolah, tetapi wali murid ini malah lebih memilih di sini.’’
Jumlah dana BOS sebesar Rp 64 juta setiap triwulan, menurut Subardan, 20% diantaranya dipergunakan untuk menggaji 12 guru honor dan biaya operasional sekolah. Sekolah pun telah mendapatkan dana bantuan DAK sebesar Rp 69 juta. Kemudian Rp 54 juta diantaranya direncanakan untuk rehab ruang kelas, sementara Rp 15 juta sisanya akan dipergunakan untuk meubeler. Namun pencairan DAK hingga saat ini belum bisa dilakanakan karena masih dalam bentuk SK.
Subardan mengaku, Pemkab Lobar melalui Wakil Bupati Lombok Barat sejak satu tahun lalu telah menjanjikan, akan merehab SDN 1 Meninting  menjadi dua lantai. Bahkan dihadapan kepala sekolah, wakil Bupati telah memerintahkan langsung kepada Sekretaris Dikpora Kabupaten Lombok Barat untuk segera membangun kelas baru.
Namun janji tinggalah janji. Setelah menunggu sekian lama, realisasi bantuan tersebut belum juga nampak. Pihak sekolah berharap kepada para pejabat supaya lebih memperhatikan keberadaan sekolah ini. Terlebih, sekolah ini berada di pintu gerbang kawasan wisata Senggigi. ( SUMBAWA POST )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar