Flash

Jumat, 04 Mei 2012

Seorang Siswa Di Bima, Diduga Dipukul Satpam Sekolah


Kota Bima, SUMBAWA POST, -
Seorang pelajar MTsN 1 Kota Bima, Elvan Rusandi Akbar (14), Jumat (4/5) kemarin diduga dianiaya oleh petugas Satpam sekolah setempat, Irvan, saat tengah berada dalam lingkungan sekolah. Akibatnya Elvan mengalami luka benjol di dahi kirinya. Menyusul penganiayaan tersebut, keluarga korban pun mengadu ke aparat Polres Bima Kota.

Dugaan penganiayaan tersebut terjadi sekitar pukul, 10.30 WITA. Saat itu, saat jam belajar Elvan dan sejumlah kawannya keluar kelas dan berkumpul di lingkungan sekolah karena tak ada guru. Tak berapa lama, Satpam yang tak lain adalah pelaku datang dan menyuruh Elvan dan kawan-kawannya untuk kembali ke kelas. Melihat Irvan dating, seluruh siswa sekolah langsung berhamburan menuju ruang kelas. Sementara, Elvan memilih berjalan dengan santai. “Karena saya jalan, saya kemudian dipukul dari belakang dengan menggunakan batang kayu kelor,” terangnya.

Pukulan batang pohon sebesar jari telunjuk tersebut mengenai kepalannya. Lantaran lentur, ujung kayu mengenai dahi bagian kanan. Setelah sampai di kelas, masih tak ada guru. Namun baru beberapa saat masuk kelas, bel tanda pulang sekolah berbunyi. “Di dalam kelas cuma sebentar saja terus bunyi bel,” tutur Elvan kepada wartawan didampingi kakak beserta ibunya. Setelah bel pulang, ia langsung menuju rumahnya.

Meski dalam keadaan dahi benjol, sesampainya di rumah tak satu pun keluarga yang tahu peristiwa yang dialami Elvan. Keluarga baru tahu, ketika curiga lantaran Elvan mengenakan topi dan tiba-tiba meminta untuk pindah sekolah. “Kami bingung, dia tiba-tiba minta pindah sekolah,” ujar Sovia, ibu kandung Elvan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan, Pena Raga, Kecamatan Raba, siang kemarin. Akhirnya, ia dan keluarga lainnya tahu kalau anaknya tersebut dianiaya di sekolah.

Mengetahui siswa kelas II-3 tersebut dianiaya, sontak keluarga pun marah tak terkecuali Khairul kakak kandungnya. Saat itu juga, Khairul kembali mengajak Elvan menuju sekolah guna meminta penjelasan Irvan dan pihak sekolah mengenai apa yang dialami adiknya. Namun sesampainya di sekolah, tak ada satu pun guru yang bisa ditemui, terlebih Irvan. Hingga akhirnya, Khairul bersama adiknya masuk ke ruang Kepala Sekolah Drs Hasan Mpd. Kepada Hasan, Khairul meminta untuk memanggil Irvan guna mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Namun karena Irvan sudah pulang, Hasan, tak bisa memenuhi permintaan tersebut. Meski demikian, terang Khairul, Hasan juga terlihat menyayangkan tindakan Satpam tersebut. Sebab, di setiap apel dan Imtaq Hasan selalu mengingatkan kepada bawahannya untuk tidak ada lagi ada penganiayaan terhadap siswa seperti yang terjadi di sekolah-sekolah lain.
Namun hingga menjelang ibadah Shalat Jumat tak ada kepastian, Khairul pun memilih mengadukan peristiwa tersebut ke aparat Polres Bima Kota. “Adik saya juga sudah divisum di RSUD Bima dan dikawal oleh dua anggota Polisi,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah Drs Hasan M.Pd saat dikonfirmasi di kediamannya membenarkan adanya keluarga siswa yang datang mengadukan kasus penganiayaan. Diakuinya, awalnya dirinya merasa kaget karena tak tahu peristiwa tersebut. “Memang ada benjolan di kepalannya, sempat saya olesi dengan minyak angin,” terangnya.
 
Yang jelas, lanjutnya, siapapun orangnya tak dibenarkan memukul siswa. Apalagi hingga mengakibatkan bekas seperti yang dialami oleh Irvan.

Sama seperti yang telah diungkapkannya ke Khairul, bahwa setiap apel dan Imtaq dirinya tetap mewanti-wanti guru untuk tak berlaku kasar terlebih memukul siswa. “Saya paling marah kepada guru kalau ada yang pukul siswa,” ujar Hasan.

Mengenai laporan yang dilayangkan, pihaknya memang sudah tahu. Pihaknya tak bisa melarang karena itu merupakan hak korban. Namun dirinya tetap membuka pintu jika kasus ini kembali dibicarakan secara kekeluargaan.

Ditambahkannya, dirinya juga merasa sangsi Irvan bisa berbuat seperti itu tanpa alasan. Pasalnya, dirinya juga sudah meminta klarifikasi terhadap Irvan. Awalnya, Irvan tak mengakui perbuatannya, namun setelah dirinya menanyakan untuk kedua kalinya, Irvan akhirnya mengakui. Berdasarkan pengakuan Irvan, tindakan tersebut dilakukan karena diolok-olok oleh Elvan saat disuruh masuk ke kelas. “Dia mengolok-olok dengan pantatnya,” terang Hasan. Ia sendiri mengenal Irvan sebagai pribadi yang pendiam dan selalu berperilaku baik di sekolah. Jika saat istirahat, teman-temannya berkumpul di kantor, Irvan tetap berada di pos jaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar